Matahari dan Bulan

Kali ini aku sedang berduka. Sakit kepala dan belum tidur. Tidak bisa tidur lebih tepatnya. Ada sesuatu yang aku fikirkan, yang aku sendiri gatau bisa berbagi dengan siapa. Bahkan dengan dia, karena ini tentang dia.

Hanya sedikit masalah dalam fikiranku saja, bukan salahnya dia. Maka aku putuskan untuk tidak mengatakan apa-apa padanya. Biasanya aku selalu bilang sama dia, dari A sampai Z. Tapi kali ini aku rasa, tidak perlu aku katakan. Bukan masalah yang penting. Tapi entah kenapa aku jadi tak bisa tidur. Tidak bisa merahasiakan apa-apa dari dia. Tak bisa tidak jujur.

Tapi karena terus kepikiran dan tidak tidur ditambah dengan kekesalan yang belum reda, emosiku jadi tidak beraturan. Akupun marah padanya. Dia tidak salah apa-apa. Sungguh. Hanya saja aku yang kelewat tidak bisa mengontrol diriku sendiri.

Aku ingin bilang aku ini mungkin hanya persinggahan sementara buat dia didalam perjalannya yang belum berakhir. Tapi aku ingin jadi persinggahan selamanya. Tapi bukan itu yang aku bilang. Sesuatu yang tak semestinya yang aku bilang. Buat dia jadi marah padaku.

Bla bla bla. Semakin banyak kata-kata yang dia keluarkan, semakin aku takut kehilangan, semakin aku merasa bersalah. Akhirnya dia bilang,

“Enggak. Ayu itu bulan, bulan yang memberi cahaya dalam gelap.. Yang nggak bakalan pernah berhenti menerangi hingga akhir masa”

Guru geografi smp ku, Pak Kamrus (kalo gaketuker) pernah bilang, “Cewek jangan mau dibilang kayak bulan. Bulan itu permukaannya gak rata. Banyak kawah-kawah yang menonjol dipermukaan bulan seperti gunung dibumi.” Tandanya cowo itu bilang cewe yang kayak bulan itu jerawatan. hehehe. Emang aku jerawatan. Tapi aku ga separah itu ya. Cuma kecil-kecil kok. Gak jadi kawah-kawah di mukaku.
Mungkin dia gatau atau dia lupa tentang itu.

Dan sekali lagi dia mungkin sedang lupa dengan pelajaran Fisika smpnya. Bulan itu bisa bercahanya karena sinar matahari. Bulan tidak bisa menghasilkan cahayanya sendiri. Tanpa matahari, bulan bukan apa-apa. Dan jika aku bulan, maka aku tidak akan bisa bersinar tanpa matahari. Matahariku, dia 🙂

Tapi aku cuma bilang, “Iya ayu bulan. Bulan kan banyak kawah-kawahnya, sama dong kayak ayu banyak jerawatnya (tapi aku gajerawatan separah itu-serius!) Dan bulan juga bersinar karena ada matahari.”
Dan dia bilang, “benda-benda di tata surya aja saling membutuhkan satu sama lain.. Apa lagi aku”

Aku cuma bisa bilang, “Ayu minta maaf ya.” aku gatau aku harus bilang apa. Aku cuma gamau karena emosiku sesaat dan aku harus kehilangan dia. Dulu keinginan terbesar aku menjadi dokter dan membahagiakan keluargaku. Karena kini sepertinya menjadi dokter bukanlah hal yang tepat buat aku maka aku mengganti keinginan terbesarku. Sekarang aku ingin cepat lulus, kerja, jadi istri dan ibu yang baik buat dia dan anak-anakku (2cukup) dan yang terpenting bisa membahagiakan keluarga aku. Hehehe.

Sekarang aku sudah membaik (aku dan dia) tapi tidak dengan tubuhku. Lambungku perih, mataku ingin menutup, dan kepalaku nyut-nyutan. Aku mau tidur. Ngantuk sumpah! -_-


Tinggalkan komentar